08 June 2008

What’s in a name?

Boleh aja Shakespeare bilang “What’s in a name?” yang kesannya meremehkan arti sebuah nama. Kenyataannya, banyak orangtua memberi nama anaknya berdasarkan nama-nama tokoh terkenal dengan harapan kelak si anak akan jadi tokoh besar juga sebagaimana nasib tokoh yang namanya dipinjam. Ada juga yang memberi nama yang mensuratkan doa orangtua terhadap anaknya seperti Sholehah dengan harapan anaknya akan menjadi wanita yang memiliki pribadi dan kelakuan sesuai dengan ajaran agama.

Setelah melakukan survey kecil-kecilan, ternyata nama seseorang tidak hanya merupakan simbol harapan dan doa dari orangtua. Banyak juga nama yang berfungsi sebagai pengingat terkait dengan waktu, kejadian, lokasi, peristiwa, dll yang melingkupi proses kelahiran si anak. Nama salah satu teman, Regi, ternyata sama sekali bukan kependekkan dari Regina sebagaimana diduga selama ini. Regi yang ini ternyata berasal dari nama hari kelahirannya REbo leGI, yang dengan sengaja diabadikan oleh orangtuanya sebagai nama anak karena merasa susah mengingat weton. Ada juga teman lain yang bernama Angel. Walah…selama ini kita dah ngiri aja dengan nama keren yang artinya ‘malaikat’ ini. Setelah dilakukan investigasi ala kadarnya, terungkap fakta bahwa nama ini ternyata juga tidak memiliki makna sebagaimana yang dicurigai. Nama Angel ini diambil dari bahasa Jawa yang berarti ‘sulit’ karena si ibu merasa kesakitan luar biasa saat proses kelahiran anak yang memakan waktu lama dan masih mendapat bonus kasus penyulitan. Teman berikutnya yang bernama Febri, mendapat nama ini karena orangtua ybs kuatir sewaktu-waktu lupa bahwa anaknya lahir di bulan Februari. Anehnya, memasuki masa kuliah, Febri yang manis ini justru dengan sok imutnya melakukan tindak pemaksaan semi anarkhis minta dipanggil Peppy…

Ternyata lika-liku sebuah nama menarik juga buat diamati. Apalagi sekarang makin banyak teman yang sudah menikah dan mulai membuat bibit-bibit manusia baru (seolah planet ini masih kurang padat aja). Trend yang berkembang, nama anak dibuat sepanjang mungkin. Seolah tidak mau kalah dengan artis cantik Tamara Blezinsky yang konon kabarnya punya nama asli berderet sampai tujuh kata. Polling yang disebar sembarangan menghasilkan data bahwa orangtua jaman sekarang cenderung menamakan anaknya sepanjang 5 kata. Yang lebih katrok, nama-nama yang digunakan ternyata banyak mengambil nama tokoh-tokoh telenovela yang menjadi idola orangtua. Jangan kaget kalau melihat daftar absen di suatu kelas di suatu Sekolah Dasar dan menemukan nama Juliette Margaretha Maria Paula Dorantes. Weleh2…dah brasa kayak di Amerika Latin gak sih? Padahal kedua orangtua asli wong Jawa. Fakta serupa juga terjadi di depan mata penulis. Tetangga depan rumah yang barusan melahirkan nekad memberi nama anaknya Daniel dst dst meski yang bersangkutan beragama Islam. Beberapa tetangga sambil guyon kasih tau kalau nama itu adalah nama salah satu nabi di Alkitab, tapi teuteup aja ybs keukeuh dengan nama itu karena pengen anaknya punya tampang cakep seperti tokoh telenovela idolanya.

Di tengah carut-marut kekacauan yang tiada tara ini, untunglah masih ada oase yang bisa diandalkan. Salah satu teman nekad melawan arus ini dengan cara memberi nama sependek-pendeknya untuk anaknya. Dua tahun lalu ketika anak pertama (yang kebetulan cowok) lahir, kedua orangtua sepakat memberi nama J. Yak, betyul…hanya 1 huruf, J. Bahkan saking mantepnya, akte kelahiran pun segera diurus dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Setelah akte kelahiran beres, maka hari-hari berikutnya dilalui kedua orangtua dengan suasana mencekam penuh teror, intimidasi, ultimatum, ancaman, kritik, saran, dll dari kedua belah pihak keluarga. Setelah suasana chaos ini berlangsung selama 40 hari, maka runtuhlah benteng pertahanan orangtua. Mereka sowan lagi ke kantor Catatan Sipil untuk mengurus akte kelahiran baru dan mengganti nama keren J menjadi Zidane Pratama sesuai dengan nama belakang si plontos cakep idola sang bapak. Dan damai pun turun di bumi...

Toh gak mungkin mengharapkan kedamaian ini akan berlangsung abadi. Tiga minggu yang lalu, anak kedua yang kebetulan cewek lahir. Dengan jantung dagdigdug, harap-harap cemas aku menunggu gebrakan sepasang orangtua idolaku ini. Dan dugaanku tidak salah!! Dengan suara lantang, para pejuang ini memproklamirkan nama anak kedua mereka adalah V (gosshhh…moga2 gak ada hubungannya ma Miss V). Mereka bahkan sudah sesumbar gak akan mengulang kesalahan yang sama dengan takluk pada intimidasi keluarga besar. Segala macam alasan, tameng, jampi-jampi, sogokan, amplop, parcel, angpao, …apapun, telah disiapkan untuk melawan segala macem teror yang akan datang.

Aku cuma bisa berharap semoga mereka diberi kekuatan dan kemampuan untuk melewati masa suram ini sampai lewat masa kritis 40 hari…

Boleh aja Shakespeare bilang “What’s in a name?” yang kesannya meremehkan arti sebuah nama. Kenyataannya, banyak orangtua memberi nama anaknya berdasarkan nama-nama tokoh terkenal dengan harapan kelak si anak akan jadi tokoh besar juga sebagaimana nasib tokoh yang namanya dipinjam. Ada juga yang memberi nama yang mensuratkan doa orangtua terhadap anaknya seperti Sholehah dengan harapan anaknya akan menjadi wanita yang memiliki pribadi dan kelakuan sesuai dengan ajaran agama.

Setelah melakukan survey kecil-kecilan, ternyata nama seseorang tidak hanya merupakan simbol harapan dan doa dari orangtua. Banyak juga nama yang berfungsi sebagai pengingat terkait dengan waktu, kejadian, lokasi, peristiwa, dll yang melingkupi proses kelahiran si anak. Nama salah satu teman, Regi, ternyata sama sekali bukan kependekkan dari Regina sebagaimana diduga selama ini. Regi yang ini ternyata berasal dari nama hari kelahirannya REbo leGI, yang dengan sengaja diabadikan oleh orangtuanya sebagai nama anak karena merasa susah mengingat weton. Ada juga teman lain yang bernama Angel. Walah…selama ini kita dah ngiri aja dengan nama keren yang artinya ‘malaikat’ ini. Setelah dilakukan investigasi ala kadarnya, terungkap fakta bahwa nama ini ternyata juga tidak memiliki makna sebagaimana yang dicurigai. Nama Angel ini diambil dari bahasa Jawa yang berarti ‘sulit’ karena si ibu merasa kesakitan luar biasa saat proses kelahiran anak yang memakan waktu lama dan masih mendapat bonus kasus penyulitan. Teman berikutnya yang bernama Febri, mendapat nama ini karena orangtua ybs kuatir sewaktu-waktu lupa bahwa anaknya lahir di bulan Februari. Anehnya, memasuki masa kuliah, Febri yang manis ini justru dengan sok imutnya melakukan tindak pemaksaan semi anarkhis minta dipanggil Peppy…

Ternyata lika-liku sebuah nama menarik juga buat diamati. Apalagi sekarang makin banyak teman yang sudah menikah dan mulai membuat bibit-bibit manusia baru (seolah planet ini masih kurang padat aja). Trend yang berkembang, nama anak dibuat sepanjang mungkin. Seolah tidak mau kalah dengan artis cantik Tamara Blezinsky yang konon kabarnya punya nama asli berderet sampai tujuh kata. Polling yang disebar sembarangan menghasilkan data bahwa orangtua jaman sekarang cenderung menamakan anaknya sepanjang 5 kata. Yang lebih katrok, nama-nama yang digunakan ternyata banyak mengambil nama tokoh-tokoh telenovela yang menjadi idola orangtua. Jangan kaget kalau melihat daftar absen di suatu kelas di suatu Sekolah Dasar dan menemukan nama Juliette Margaretha Maria Paula Dorantes. Weleh2…dah brasa kayak di Amerika Latin gak sih? Padahal kedua orangtua asli wong Jawa. Fakta serupa juga terjadi di depan mata penulis. Tetangga depan rumah yang barusan melahirkan nekad memberi nama anaknya Daniel dst dst meski yang bersangkutan beragama Islam. Beberapa tetangga sambil guyon kasih tau kalau nama itu adalah nama salah satu nabi di Alkitab, tapi teuteup aja ybs keukeuh dengan nama itu karena pengen anaknya punya tampang cakep seperti tokoh telenovela idolanya.

Di tengah carut-marut kekacauan yang tiada tara ini, untunglah masih ada oase yang bisa diandalkan. Salah satu teman nekad melawan arus ini dengan cara memberi nama sependek-pendeknya untuk anaknya. Dua tahun lalu ketika anak pertama (yang kebetulan cowok) lahir, kedua orangtua sepakat memberi nama J. Yak, betyul…hanya 1 huruf, J. Bahkan saking mantepnya, akte kelahiran pun segera diurus dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Setelah akte kelahiran beres, maka hari-hari berikutnya dilalui kedua orangtua dengan suasana mencekam penuh teror, intimidasi, ultimatum, ancaman, kritik, saran, dll dari kedua belah pihak keluarga. Setelah suasana chaos ini berlangsung selama 40 hari, maka runtuhlah benteng pertahanan orangtua. Mereka sowan lagi ke kantor Catatan Sipil untuk mengurus akte kelahiran baru dan mengganti nama keren J menjadi Zidane Pratama sesuai dengan nama belakang si plontos cakep idola sang bapak. Dan damai pun turun di bumi...

Toh gak mungkin mengharapkan kedamaian ini akan berlangsung abadi. Tiga minggu yang lalu, anak kedua yang kebetulan cewek lahir. Dengan jantung dagdigdug, harap-harap cemas aku menunggu gebrakan sepasang orangtua idolaku ini. Dan dugaanku tidak salah!! Dengan suara lantang, para pejuang ini memproklamirkan nama anak kedua mereka adalah V (gosshhh…moga2 gak ada hubungannya ma Miss V). Mereka bahkan sudah sesumbar gak akan mengulang kesalahan yang sama dengan takluk pada intimidasi keluarga besar. Segala macam alasan, tameng, jampi-jampi, sogokan, amplop, parcel, angpao, …apapun, telah disiapkan untuk melawan segala macem teror yang akan datang.

Aku cuma bisa berharap semoga mereka diberi kekuatan dan kemampuan untuk melewati masa suram ini sampai lewat masa kritis 40 hari…

6 comments:

Anonymous said...

lho bojone maya ki jenenge bogi...rebo legi juga..wkekek..

what's in a name? nama ki doa mbak...tapi nek namaku ki produk ketidaksiapan ibuku memberi nama..soale ibuku merasa bakale sing lahir lanang (deal-nya sing njenengi bapakku nek bayine lanang)...lha kok metune aku...akhirnya dipakailah nama suster itu sbg nama belakangku...tribute to suster critane...

Anonymous said...

wes tau ki, baik postingan maupun komen diatasku. ahh repost!!!

Anonymous said...

kowe keno akar nimang put..

smartilicious said...

@ ninaz 'n puput :
puput ki gi kumat mode provokator, nin...jarke wae

btw, py kbr bidan yg nitis jd u tu? masi idup? ato? :(

Anonymous said...

heheh..timbang jenengku mba..polinelli, ning ga ono gambar kumpeni babar blas..opo wong tuoku biyen demen poli pantai yoh? untung wae ga poli-gami opo poli-bag..

smartilicious said...

@anonymous:
well, your ex's look like 'kumpeni' to me ;)