02 June 2008

FOBIA


Sebagai seseorang yang punya fobia, aku berusaha mencari beberapa sumber-sumber yang membahas tentang hal ini. Banyak teman yang gak tau kalo aku punya fobia. Males aja mo crita. Yang ada, kalo gak diejekin, lebih parah malah digodain pake barang yang aku takutkan itu. D’oh…cape dyeh. Pada gak tau apa, kalo tindakan seperti itu sama sekali gak bantu pecahkan masalah, justru bikin taraf fobia bisa meningkat.

So, di bawah ini adalah beberapa tulisan yang kupikir mungkin bisa bantu aku dan orang-orang lain yang juga punya fobia. (Sumber asli tetap kucantumkan, sapa tau pengen baca2 lebih lanjut)

Fobia adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus, dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau kalau tidak bisa menghindar, akan menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah. (http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=5&iddtl=253)

Beberapa contoh fobia adalah takut gelap (achluophobia), tempat umum atau keramaian (agoraphobia), bawang putih (alliumphobia), petir (brontophobia), muntah (emetophobia), sayuran (lachanophobia), musik (melophobia), atau hujan (ombrophobia). Juga banyak yang unik-unik lainnya seperti takut pada perempuan cantik (venustraphobia), orang jelek, ayam, sumpit, warna putih, dan lain-lain.

Fobia tidak hinggap begitu saja bagai nyamuk yang menggigit. Awal seseorang menderita fobia bisa berasal dari pengalaman tidak enak mengenai sesuatu sehingga persepsinya terhadap hal atau benda itu menjadi negatif. Fobia bisa terjadi dari proses belajar di masa kanak-kanak atau mengimitasi ketakutan orang-orang di sekitarnya. Misalnya karena ayah takut kecoa, anak juga takut kecoa. Selain itu, pengaruh budaya juga besar perannya. Contohnya, karena suatu budaya tidak menerima kaum homoseksual secara radikal, timbul rasa takut kepada kaum homoseksual atau homophobia.

Tak bisa disangkal, banyak penderita enggan mengikuti terapi karena takut harus bersentuhan dengan benda atau situasi yang menakutkannya. Akan tetapi, persentuhan tidak berlangsung begitu saja. Misalnya mereka yang takut kucing, secara bertahap didekatkan dengan kucing. Misalnya dari jarak beberapa meter dulu, makin lama makin dekat, sampai ia berani mengelus dan mendapati sesuatu yang positif dari kucing tersebut.

Cara lain, dengan hypnoterapy yang pada dasarnya adalah penyembuhan dengan mengubah persepsi seseorang terhadap sesuatu. Persepsi, perasaan, pikiran, pengalaman, semuanya berasal dari apa yang disebut pikiran bawah sadar yang mengontrol 90% kehidupan kita setiap hari. Proses mengubah persepsi tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa fase yang harus dilewati untuk penyembuhan secara menyeluruh.

Fase pertama disebut sebagai fase sugesti langsung. Klien dilatih untuk masuk ke kondisi yang sangat nyaman, seperti orang setengah tidur. Dalam kondisi itu, diberikan sugesti untuk meringankan sindrom atau masalah yang dihadapinya. Fase kedua adalah fase age regression. Pada fase ini klien diajak menyusuri kembali ingatannya sampai ke pertama kalinya masalah atau simptom itu muncul. Ini biasanya akar permasalahan. Fase ketiga dan keempat adalah fase untuk klien meluruskan persepsi mengenai orang-orang yang terlibat dalam permasalahannya. Proses ini merupakan proses memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri. Jika proses ini sudah dilewati, penderita biasanya akan sembuh total. Dengan terapi apa pun, penyembuhan fobia memerlukan waktu. Lamanya sangat bergantung pada derajat ketakutan, tekad untuk sembuh, serta sikap yang kooperatif pasien.

Sikap lingkungan juga sangat membantu kesembuhannya. Sikap menggoda atau menjahili penderita fobia akan memperparah kondisinya. Karena kita bukan terapis, setidaknya kita bisa membantu penderita fobia dengan tidak menjahilinya. (http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=20492)

Fobia yang paling umum ditemukan –terutama di kalangan perempuan—adalah fobia terhadap ular. Secara umum ular dianggap sebagai binatang berbisa yang mematikan. Memang benar beberapa jenis ular sangat berbisa dan mematikan. Namun demikian, pada kenyataannya hampir 90% dari seluruh species ular adalah tidak berbisa. Ada yang kelihatan seperti ular berbisa padahal sebenarnya tidak, misalnya ular sanca hijau (chondropython viridis).

Apabila fobia didasari alasan rasional seperti takut dipatuk atau takut akan efek buruk bisa ular, maka fobia semacam ini akan lebih gampang diatasi. Pengetahuan yang memadai tentang jenis2 ular –yang berbisa dan yang tidak berbisa--, cara memegang ular / menangani ular, dan P3K terhadap gigitan ular berbisa agaknya sudah cukup untuk mengatasi fobia jenis ini.

Latihan yang diperlu dijalani lumayan panjang dan sulit. Langkah pertama : pemberian pengetahuan tentang jenis-jenis ular yang berbisa dan tidak berbisa. Langkah kedua : mulai belajar teori memegang ular (untuk langkah awal, pilihlah ular yang kecil, jinak, dan tidak berbisa). Mulailah sering-sering memperhatikan dan secara perlahan mencoba mengelus sisiknya. Ulangi langkah kedua ini secara berulang-ulang dengan semakin meningkatkan jenis ular berdasarkan level bisanya. (http://www.satwaunik.com/informasi-umum/snake-fobia/)


Sebagai seseorang yang punya fobia, aku berusaha mencari beberapa sumber-sumber yang membahas tentang hal ini. Banyak teman yang gak tau kalo aku punya fobia. Males aja mo crita. Yang ada, kalo gak diejekin, lebih parah malah digodain pake barang yang aku takutkan itu. D’oh…cape dyeh. Pada gak tau apa, kalo tindakan seperti itu sama sekali gak bantu pecahkan masalah, justru bikin taraf fobia bisa meningkat.

So, di bawah ini adalah beberapa tulisan yang kupikir mungkin bisa bantu aku dan orang-orang lain yang juga punya fobia. (Sumber asli tetap kucantumkan, sapa tau pengen baca2 lebih lanjut)

Fobia adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus, dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau kalau tidak bisa menghindar, akan menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah. (http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=5&iddtl=253)

Beberapa contoh fobia adalah takut gelap (achluophobia), tempat umum atau keramaian (agoraphobia), bawang putih (alliumphobia), petir (brontophobia), muntah (emetophobia), sayuran (lachanophobia), musik (melophobia), atau hujan (ombrophobia). Juga banyak yang unik-unik lainnya seperti takut pada perempuan cantik (venustraphobia), orang jelek, ayam, sumpit, warna putih, dan lain-lain.

Fobia tidak hinggap begitu saja bagai nyamuk yang menggigit. Awal seseorang menderita fobia bisa berasal dari pengalaman tidak enak mengenai sesuatu sehingga persepsinya terhadap hal atau benda itu menjadi negatif. Fobia bisa terjadi dari proses belajar di masa kanak-kanak atau mengimitasi ketakutan orang-orang di sekitarnya. Misalnya karena ayah takut kecoa, anak juga takut kecoa. Selain itu, pengaruh budaya juga besar perannya. Contohnya, karena suatu budaya tidak menerima kaum homoseksual secara radikal, timbul rasa takut kepada kaum homoseksual atau homophobia.

Tak bisa disangkal, banyak penderita enggan mengikuti terapi karena takut harus bersentuhan dengan benda atau situasi yang menakutkannya. Akan tetapi, persentuhan tidak berlangsung begitu saja. Misalnya mereka yang takut kucing, secara bertahap didekatkan dengan kucing. Misalnya dari jarak beberapa meter dulu, makin lama makin dekat, sampai ia berani mengelus dan mendapati sesuatu yang positif dari kucing tersebut.

Cara lain, dengan hypnoterapy yang pada dasarnya adalah penyembuhan dengan mengubah persepsi seseorang terhadap sesuatu. Persepsi, perasaan, pikiran, pengalaman, semuanya berasal dari apa yang disebut pikiran bawah sadar yang mengontrol 90% kehidupan kita setiap hari. Proses mengubah persepsi tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa fase yang harus dilewati untuk penyembuhan secara menyeluruh.

Fase pertama disebut sebagai fase sugesti langsung. Klien dilatih untuk masuk ke kondisi yang sangat nyaman, seperti orang setengah tidur. Dalam kondisi itu, diberikan sugesti untuk meringankan sindrom atau masalah yang dihadapinya. Fase kedua adalah fase age regression. Pada fase ini klien diajak menyusuri kembali ingatannya sampai ke pertama kalinya masalah atau simptom itu muncul. Ini biasanya akar permasalahan. Fase ketiga dan keempat adalah fase untuk klien meluruskan persepsi mengenai orang-orang yang terlibat dalam permasalahannya. Proses ini merupakan proses memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri. Jika proses ini sudah dilewati, penderita biasanya akan sembuh total. Dengan terapi apa pun, penyembuhan fobia memerlukan waktu. Lamanya sangat bergantung pada derajat ketakutan, tekad untuk sembuh, serta sikap yang kooperatif pasien.

Sikap lingkungan juga sangat membantu kesembuhannya. Sikap menggoda atau menjahili penderita fobia akan memperparah kondisinya. Karena kita bukan terapis, setidaknya kita bisa membantu penderita fobia dengan tidak menjahilinya. (http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=20492)

Fobia yang paling umum ditemukan –terutama di kalangan perempuan—adalah fobia terhadap ular. Secara umum ular dianggap sebagai binatang berbisa yang mematikan. Memang benar beberapa jenis ular sangat berbisa dan mematikan. Namun demikian, pada kenyataannya hampir 90% dari seluruh species ular adalah tidak berbisa. Ada yang kelihatan seperti ular berbisa padahal sebenarnya tidak, misalnya ular sanca hijau (chondropython viridis).

Apabila fobia didasari alasan rasional seperti takut dipatuk atau takut akan efek buruk bisa ular, maka fobia semacam ini akan lebih gampang diatasi. Pengetahuan yang memadai tentang jenis2 ular –yang berbisa dan yang tidak berbisa--, cara memegang ular / menangani ular, dan P3K terhadap gigitan ular berbisa agaknya sudah cukup untuk mengatasi fobia jenis ini.

Latihan yang diperlu dijalani lumayan panjang dan sulit. Langkah pertama : pemberian pengetahuan tentang jenis-jenis ular yang berbisa dan tidak berbisa. Langkah kedua : mulai belajar teori memegang ular (untuk langkah awal, pilihlah ular yang kecil, jinak, dan tidak berbisa). Mulailah sering-sering memperhatikan dan secara perlahan mencoba mengelus sisiknya. Ulangi langkah kedua ini secara berulang-ulang dengan semakin meningkatkan jenis ular berdasarkan level bisanya. (http://www.satwaunik.com/informasi-umum/snake-fobia/)

5 comments:

SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique said...

Salam Hormat,
Perkenalkan, saya Endy. Kebetulan saya menguasai sebuah teknik yang diberi nama SEFT (Singkatan dari Spiritual Emotional Freedom Technique). Teknik ini saya pelajari dari penemu dan pendiri SEFT, yaitu Ahmad Faiz Zainuddin. Beliau sekarang terus mengembangkan Teknik SEFT. Untuk itu ia mendirikan LoGOS Institute ( http://www.LoGOS.co.id ). Teknik ini mengklaim mampu mengatasi semua keluhan fobia dibawah ini (InsyaaLloh).
Mulai takut Air – Hydrophobia,
Takut Agama – Theologicophobia,
Takut Alat Kelamin – Kolpophobia,
Takut Aliran Udara – Aerophobia,
Takut Alkohol – Methyphobia,
Takut Alkohol – Potophobia,
Takut Amnesia – Amnesiphobia,
Takut Anggur – Oenophobia,
Takut Angin – Ancraophobia,
Takut Angka – Arithmophobia,
Takut Angka 13 - Triskaidekaphobia,
Takut Angka 8 – Octophobia,
Takut Anjing – Cynophobia,
Takut Anjing Laut – Lutraphobia,
Takut Anus – Rectophobia,
Takut Api – Arsonphobia,
Takut Api – Pyrophobia,
Takut Awan – Nephophobia,
Takut Ayam – Alektorophobia,
Takut Ayan – Hylephobia,
Takut Badut – Coulrophobia,
Takut Bahan Kimia - Chemophobia,
Takut Bangunan Tinggi – Batophobia,
Takut Banjir – Antlophobia,
Takut Bapak Tiri – Vitricophobia,
Takut Batu Nisan – Placophobia,
Takut Bau Badan – Bromidrosiphobia,
Takut Bau Bauan – Olfactophobia,
Takut Bau Busuk – Autodysomophobia,
Takut Bawa Mobil - Amaxophobia,
Takut Bawang Putih – Alliumphobia,
Takut Bayangan – Sciaphobia,
Takut Bebas – Eleutherophobia,
Takut Belanda – Dutchphobia,
Takut Benang – Linonophobia,
Takut Benda di Sebelah Kanan – Dextrophobia,
Takut Benda di Sebelah Kiri – Levophobia,
Takut Berantakan – Ataxophobia,
Takut Berbicara – Laliophobia,
Takut Bercinta – Malaxophobia,
Takut Bercinta – Sarmassophobia,
Takut Berdosa – Hamartophobia,
Takut Berfikir – Phronemophobia,
Takut Berita Baik – Euphobia,
Takut Berjalan – Stasibasiphobia,
Takut Berjanji – Enissophobia,
Takut Berkotbah – Homilophobia,
Takut Berlarut – Apeirophobia,
Takut Bersenggama – Coitophobia,
Takut Bertanggung Jawab – Hypegiaphobia,
Takut Binatang – Zoophobia.
Takut Binatang Liar – Agrizoophobia,
Takut Binatang Melata – Herpetophobia,
Takut Bintang – Astrophobia,
Takut Bintang – Siderophobia,
Takut Bintang Berekor – Cometophobia,
Takut Bom Atom – Atomosophobia,
Takut Boneka – Pediophobia,
Takut Boneka Bersuara Perut – Automatonophobia,
Takut Bosan – Xerophobia,
Takut Botak – Phalacrophobia,
Takut Buang Air Besar – Rhypophobia,
Takut Buku – Bibliophobia,
Takut Bulan – Selenophobia,
Takut Bulu Ayam – Pteronophobia,
Takut Bunga – Anthophobia,
Takut Bunga Es – Pagophobia,
Takut Bungkuk – Kyphophobia,
Takut Burung – Ornithophobia,
Takut Buta – Scotomaphobia,
Takut Cabut Gigi – Odontophobia,
Takut Cacing – Helminthophobia,
Takut Cacing – Scoleciphobia,
Takut Cacing Pita – Taeniophobia,
Takut Cacing Pita Babi – Trichinophobia,
Takut Cahaya – Photophobia,
Takut Cahaya dari Utara – Auroraphobia,
Takut Caplak – Phthiriophobia,
Takut Cemburu – Zelophobia,
Takut Cermin – Catoptrophobia,
Takut Cina – Sinophobia,
Takut Corak Baru - Cainophobia
Takut Daerah Perbatasan – Claustrophobia,
Takut Daging – Carnophobia,
Takut Dagu – Geniophobia,
Takut Danau – Limnophobia,
Takut Darah – Hemaphobia,
Takut Debu – Amathophobia,
Takut Debu – Koniophobia,
Takut Demam – Febriphobia,
Takut Demam – Fibriophobia,
Takut Demo – Daemonophobia,
Takut dengan Seks – Erotophobia,
Takut Dewa – Zeusophobia,
Takut Di dalam Rumah – Oikophobia,
Takut di Ejek – Katagelophobia,
Takut di Hipnotis – Hynophobia,
Takut Di pandang – Opthalmophobia,
Takut Diabaikan – Athazagoraphobia,
Takut Dibatasi – Merinthophobia,
Takut Dibenci – Melophobia,
Takut Dicekik – Pnigophobia,
Takut Dicuri – Cleptophobia,
Takut Dihukum – Mastigophobia,
Takut Dihukum Berat – Rhabdophobia,
Takut Dikubur Sendirian – Taphephobia,
Takut Diluar Ruangan – Spacephobia,
Takut Dingin – Cheimaphobia,
Takut Dingin – Psychrophobia,
Takut Dinilai Negatif – Socialphobia,
Takut Diracun – Toxicophobia,
Takut Dirampok – Harpaxophobia,
Takut Disentuh – Aphenphosmphobia,
Takut Disentuh - Chiraptophobia,
Takut Disentuh – Haphephobia,
Takut Disuntik – Trypanophobia

Jadi bagi siapapun yang mengalami kasus ini, silahkan saja datang ke LoGOS Institute. Setiap hari Minggu (jam 10:00 - 13:00) ada Preview Gratis mengenai SEFT ini. Bisa langsung coba terapinya juga. Jangan kuatir. Free of Charge. Syaratnya, Anda tinggal ketik NAMA ANDA kemudian kirimkan ke SMS Center LoGOS Institute di 081807788120. dan langsung datang di Hari Minggunya dengan Alamat : Jl. Raya Jatiwaringin No. 24 Kavling K. Jakarta Timur. Telp. 021-86605151 ext 0. Penjelasan mengenai SEFT juga bisa dilihat di http://LOGOSSEFT.Blogspot.com
Semoga Informasi Ini Bermanfaat
Salam Sejahtera
Wassalam Wr. Wb.,

Endy Fatah Joesoef
http://logosseft.blogspot.com/
Hp. 0818991915

smartilicious said...

@self spiritual emotional freedom technique:
thx infonya:) kpn2 kalo pas nyasar ke jkt, coba q mampir deh...

SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique said...

Silahkan datang. Insyaalloh kami akan sambut dengan senang hati. Ngomong ngomong dimana tinggalnya sekarang ? siapa tahu ada Alumnus LoGOS Institute disana yang telah ikut pelatihan kami SEFT Total Solution Training ? info selengkapnya di http://www.LoGOS-Institute.com/ atau hubungi SMS center kami di 081807788120. Thanks.

Anonymous said...

hi...lam kenal yyy...met taon bru 2009 cuyyy...
hare ne aq nyasar blogwalking mpe ksini ne...
betewe eniwe baswe, aq pinjem postingan ini ya bwt bhn tulisan di duniaku...
thx b4 n after...

smartilicious said...

@MooChenk:
silakan saja. semoga bisa membantu.
tulisan ini juga berasal dari beberapa sumber sebagaimana telah kucantumkan di atas.