29 March 2008

CHATTING…….Sosiolinguistik

Read More......
Hare gene……sapa sie yang ga kenal chatting?? Minimal pernah denger lah yaa….. Tapi siapapun yang saat ini bisa baca blog saya ini, saya yakin pernah menjadi tertuduh….eh, pelaku chatting….;) Tulisan ini cuma iseng saja berusaha melihat fenomena chatting melalui sudut pandang sosiolinguistik.

Saat ini, pilihan alat berkomunikasi semakin beragam. Penggunaan telepon seluler dan internet semakin jamak dipilih. Semenjak lima tahun terakhir, telepon seluler semakin banyak digunakan dan tidak lagi dianggap barang mewah. Hal ini terkait dengan harga yang semakin murah dan terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Orang-orang di desa yang semula dianggap pelosok dan tidak terjangkau alat komunikasi modern dapat menikmati kemudahan berkomunikasi berkat adanya telepon seluler berharga murah. Hal yang sama juga terjadi pada internet. Semakin menjamurnya warnet mempermudah semua orang mengakses fasilitas-fasilitas yang terdapat pada internet. Selain untuk mencari informasi, internet dapat pula digunakan untuk saling berkomunikasi melalui fasilitas chatting. Aktivitas chatting ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui suara (voice chat), melalui video (video/cam chat) atau melalui tulisan saja (chat). Tulisan iseng ini hanya akan membahas tentang chatting yang melalui tulisan saja.

Sarana yang digunakan dalam kegiatan berkomunikasi –termasuk chatting—adalah bahasa, baik berupa lisan atau tulisan. Bahasa di dalam kehidupan masyarakat ini diteliti oleh sosiolinguistik yang merupakan studi tentang hubungan antara variasi bahasa dan faktor-faktor sosial, baik secara situasional maupun implikasional. Struktur masyarakat yang selalu heterogen mempengaruhi struktur bahasa. Struktur masyarakat tersebut dipengaruhi oleh faktor siapa yang berbicara (who speaks), dengan siapa (with whom), di mana (where), kapan (when), dan untuk apa (to what end).

Bertolak dari uraian tersebut, kelompok masyarakat yang memiliki penguasaan bahasa yang masih terbatas, maka akan terbatas pula dalam menyatakan apa yang dipikir dan tingkat berpikirnya. Demikian pula sebaliknya terjadi pada masyarakat yang memiliki penguasaan yang baik dalam berbahasa dan mengalami kemajuan dalam pemakaian bahasa, maka tingkat ilmu pengetahuan dan teknologinya juga berbanding lurus. Hal ini berarti bahwa bahasa sebagai sarana komunikasi maupun informasi dapat dipakai pula sebagai indikator tingkat kehidupan masyarakat.

Pada masyarakat pedesaan yang belum akrab dengan komputer maupun internet, tentunya akan sulit mengerti ketika mendengar istilah-istilah browsing, e-mail, chatting, dan lain sebagainya. Namun tidak demikian halnya pada masyarakat yang telah menjadikan internet sebagai bagian dari komunikasi sehari-hari.

Dalam komunitas chatting, terdapat kode-kode tertentu yang digunakan dalam komunikasi. Kode-kode tersebut digunakan hanya ketika seseorang berkomunikasi melalui chatting. Kode ini bisa berupa singkatan, penggunaan istilah lain yang memiliki kemiripan bunyi, penggunaan istilah/singkatan dalam bahasa Inggris karena dianggap lebih familiar dan penggunaan bahasa Inggris yang terkait dengan code-switching dan code-mixing.

Code-switching adalah penggunaan istilah dalam bahasa lain dari bahasa yang sedang digunakan saat itu. Penggunaan istilah dari bahasa lain itu dilakukan dengan sengaja (intensional) dengan tujuan tertentu (fungsional). Misal : “Ibu sudah dhahar?”, dalam kalimat tersebut bahasa yang digunakan oleh penutur adalah bahasa Indonesia tapi dengan sengaja penutur memasukkan kata bahasa Jawa ‘dhahar’ dengan tujuan untuk menghormati mitra tutur. ‘Dhahar’ dalam bahasa Jawa merupakan tingkat paling halus untuk mengatakan ‘makan’. Code-switching merupakan akibat tak terhindarkan dari fenomena multilingualisme. Setiap orang yang berbicara dalam lebih dari satu bahasa, memilih penggunaan bahasa-bahasa yang dikuasainya tersebut sesuai dengan keadaan dan situasi peristiwa tutur.

Code-mixing adalah penggunaan istilah dalam lain yang dilakukan secara tidak sengaja dan tanpa maksud tertentu. Misal : “Saya merasa concern dengan hal itu”, dalam kalimat tersebut bahasa yang digunakan penutur adalah bahasa Indonesia tapi secara tidak sengaja penutur memasukkan istilah bahasa Inggris concern ‘peduli’. Hal ini mungkin terjadi karena penutur menguasai banyak bahasa sehingga tanpa sengaja terjadi tumpang tindih istilah dalam penggunaan bahasa.

Berikut adalah uraian tentang variasi kebahasaan yang digunakan dalam berkomunikasi melalui chatting :

1. Singkatan

Bentuk singkatan digunakan demi alasan efisiensi. Bentuk-bentuk singkatan yang digunakan biasanya telah dipahami oleh anggota komunitas chatting sehingga dapat dipahami antar peserta tutur.

Contoh : lady_rose142: kul pa ker?

c4d_c43: kul

Pada dialog di atas, lady_rose142 menanyakan apakah mitra tuturnya kuliah atau kerja hanya dengan mengatakan kul(iah) (a)pa ker(ja). Melalui bentuk-bentuk tersebut tampak bahwa terjadi penyingkatan bentuk kuliah menjadi kul, apa menjadi pa, dan kerja menjadi ker saja. Namun demikian terlihat bahwa singkatan tersebut dapat dipahami oleh mitra tuturnya yang segera menjawab kul(iah).

2. Penggunaan istilah lain yang memiliki kemiripan bunyi.

Penggunaan istilah lain ini sebenarnya juga untuk alasan efisiensi karena bentuk yang digunakan kemudian cenderung lebih singkat daripada bentuk yang digantikan. Namun demikian bentuk yang digunakan kemudian bukan merupakan merupakan singkatan dari bentuk yang digantikan, tapi lebih pada kemiripan bunyi apabila tulisan tersebut diucapkan.

Contoh : c4d_c43: hadir

c4d_c43: kek absen aja

Pada contoh dialog di atas, c4d_c43 menggunakan istilah kek untuk menggantikan kayak karena kek dan kayak memiliki kemiripan bunyi apabila diucapkan.

3. Penggunaan istilah yang terkait dengan status sosial

Contoh : c4d_c43: tpi disana bisa wisata kuliner

lady_rose142: oh ya?

lady_rose142: paan?

lady_rose142: seafood gt?

c4d_c43: bukan burjo pastina

Pada dialog di atas nampak bahwa c4d_c43 menggunakan istilah burjo yang merupakan singkatan dari bubur kacang ijo untuk menunjukkan statusnya sebagai mahasiswa. Para mahasiswa di Yogyakarta (pada umumnya) identik dengan kesulitan keuangan yang biasanya diatasi dengan cara mengirit biaya makan dengan membeli bubur kacang ijo yang murah dan bergizi.

4. Penggunaan istilah/singkatan dalam bahasa Inggris karena dianggap lebih familiar

Contoh : c4d_c43: asl plz

lady_rose142: dluan d

c4d_c43: 22 m jogja

Pada dialog di atas, c4d_c43 menggunakan istilah asl plz yang merupakan singkatan dari age, sex, location untuk menanyakan umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Istilah ini dengan sengaja digunakan karena memang merupakan register dalam komunitas chatting dan memang sudah lazim digunakan untuk berkomunikasi dalam media tersebut. Apabila seseorang menggunakan istilah umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal justru akan dianggap aneh oleh anggota komunitas chatting yang lain.

5. Code-switching

Contoh : c4d_c43: bisnya km lucu siy

c4d_c43: ok,, lets start from,,,

c4d_c43: ur husband or boyfriend maybe

Pada dialog di atas c4d_c43 secara tiba-tiba beralih dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Apabila dilihat dari konteks yang mendahului, tampak bahwa sebenarnya yang bersangkutan mempunyai pilihan untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, peralihan jenis bahasa ini dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan tertentu (misal, untuk menunjukkan bahwa yang bersangkutan cukup lancar dalam penggunaan bahasa Inggris).

6. Code-mixing

Contoh : lady_rose142: neh promosi doang pa mo skln jd tour guide yah?

c4d_c43: tour guide??

c4d_c43: mmmm

c4d_c43: brani brapa negh :->

Pada dialog di atas, lady_rose142 menggunakan istilah tour guide karena istilah itu justru yang muncul pertama kali di pikiran dibandingkan padanannya dalam bahasa Indonesia ‘pemandu wisata’. Jadi pemilihan istilah asing tersebut dilakukan tanpa tendensi tertentu dan dimungkinkan terjadi karena penutur menguasai beberapa bahasa sehingga terjadi peminjaman istilah dari bahasa lain secara tidak sengaja.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan teknologi turut serta mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Internet sebagai salah satu produk perkembangan teknologi tersebut memungkinkan proses komunikasi melalui media chatting. Namun demikian untuk masuk dalam komunitas chatting ini diperlukan pemahaman terhadap variasi-variasi kebahasaan tertentu yang hanya digunakan di dalamnya.

24 March 2008

KARIMUNJAWA… Part 1

Read More......

Trip ke Karimunjawa nie sebetulnya kejadian pas akhir tahun 2007. Pengen langsung nulis ‘n posting ke blog ga sempat terus. So, moga tulisan nie masi agak2 valid dengan mengandalkan ingatan yang ala kadarnya…

Sebelum berangkat, disarankan banget untuk cari informasi sebanyak mungkin via internet, temans, atau apapun sebelum berangkat biar punya gambaran mo ke mana plus mo ngapain slama di kepulauan Karimunjawa.

Info tentang tiket dan jadwal keberangkatan kapal bisa didapatkan via Bpk Purwanto pegawai Departemen Perhubungan, Jl Pamularsih, Semarang di nomor telpon 081 566 27808 (disarankan sebaiknya langsung kontak ke nomor handphone karena yang bersangkutan lumayan mobile). Pak Pur orangnya asik…..ramah dan suka membantu …..(dah kek pramuka aja yah.....;)) Saat tulisan ini dibuat, jadwal kapal cepat Kartini dari Semarang-Karimunjawa hanya tersedia hari Sabtu jam 09.00 WIB dengan harga tiket Rp. 108.000,- Rencana keberangkatan bersama 7 orang teman (Nina, Nining, Olip, Yudhi, Ahmed, Hatta, Bobby) ternyata menjadi hanya 5 teman karena Bobby mendadak kena DB dan Olip --yg notabene “pacar”…hwehe-- ikut membatalkan keberangkatan untuk mengurus segala sesuatunya. Perjalanan berlangsung cukup lancar meski kapal tidak bisa melaju dengan kecepatan penuh karena mengalami sedikit gangguan pada mesin. Perjalanan yang biasanya berlangsung selama 3 jam terpaksa ditempuh sampai 4 jam 30 menit atau 1 ½ kali lebih lambat dari biasanya. Cuaca cerah, angin bertiup nyaman, ombak bersahabat…….benar-benar awal perjalanan yang menyenangkan. Sayang rombongan lumba-lumba yang diceritakan sering mengikuti perjalanan kapal tidak tampak satupun hari ini. Mendekati kepulauan Karimunjawa, cuaca yang semula cerah mendadak menjadi mendung gelap dan tampak hujan deras di kejauhan mengguyur kepulauan itu. Hati dan perasaan sempat was-was melihat awan yang keliatan tebal dan rendah sekali. Feeling dan intuisi ternyata lumayan tepat, hujan deras menyambut kedatangan kami di Karimunjawa.

Hari I

Akhirnya, sampai juga di Karimunjawa di tengah guyuran hujan. Beruntung telah siap beberapa mobil yang bisa disewa menyambut kami. Dengan biaya hanya Rp. 20.000,- kami diantar ke Hotel Wisma Wisata milik penduduk setempat Pak Muchlis. Tidak perlu terkecoh dengan embel-embel nama hotel karena sebenarnya hanya motel kecil saja dengan kapasitas 7 kamar tidur. Meski demikian tempatnya cukup nyaman dan bersih; masing-masing kamar tidur dilengkapi kamar mandi, 2 single bed yang masing-masing cukup besar untuk dipaksa ditiduri 2 orang (seperti yang dilakukan Nina ma aku). Dan semua itu bisa dinikmati hanya dengan membayar Rp. 50.000,-/kamar/hari. Di lobby setiap saat tersedia kopi dan teh panas free of charge. Benar-benar membantu mengatasi rasa dingin yang menggigit tulang dikarenakan salah memilih kostum. Saat mo berangkat, matahari di Semarang luar biasa terik sampe memutuskan begitu saja cuma bawa beberapa celana pendek dan t-shirt…. bahkan merasa tidak perlu membawa jaket. Ternyata di Karimunjawa justru hujan sepanjang hari dengan terpaan angin yang kencang (dikepung laut dari arah samping dan depan rumah).

Check-in di hotel jam 14.00 WIB, yang kami lakukan pertama kali adalah mencari tempat makan. Untung tidak jauh dari hotel (sekitar 50m, di tanah wilayah Dinas Perikanan) ada warung kecil milik Bu Esther, pendatang dari Wonogiri yang bersuamikan Pak Bawuk pegawai Dinas Perikanan. Masakannya lumayan enak dengan patokan harga yang luar biasa murah (nasi sayur dengan lauk ikan laut plus minum teh panas Rp. 7000,-). Pengambilan nasi dkk dilakukan secara self-service sehingga berbahagialah pengunjung yang punya porsi dan selera makan bagus.

Sore, ujan masi nekad ga reda….minimal gerimis terus menerus ada…..sebel!!! Cuaca ga mdukung sama sekali….tapi sapa suruh juga bikin trip pas bulan Desember yah…..secara (halah….secara :P) bulan itu kan identik ma musim salju (mxud????). Tapi kita tetep nekad jalan2 ke pantai deket rumah….bis masa dah jauh2 sampe Karimunjawa cuma buat numpang neduh aja…….Akibatnya?? Fatal….hahaha…..malem badan demam plus kepala muter ga jelas….. Meski gitu ga bisa nahan godaan juga pas liat temen2 pada asik maen poker dengan hukuman coret muka pake bedak buat yang kalah……J)

Hari II

Mpe hari ke2, cuaca tetep ga asik….tapi mo gimana lagi…..show must go on duonk :P Acara kita hari ini mo snorkeling ma liat penangkaran hiu (yup,,betul bgt….HIU!!! ne ga salah ketik kok….:)) Badan masi demam sbnernya…..tapi ga mungkin banget rela cuma nunggu di wisma sementara tau temen2 mo hura2….hwahaha….

Pagi2 dah dijemput ma kapal kaca….eh, mxudnya…dasar kapalnya tuh dari kaca yang bening tapi tebel gitu loh….so, tetep aman diinjek tapi kita juga bisa liat apa2 yang ada di dalam laut sementara kapal dah jalan….asik banget ga tuh???

Ternyata kapal ga langsung ke tujuan, jemput rombongan lain dulu di Rumah Apung. Nih nama tempat penginapan juga, tapi letaknya di tengah laut gitu…..bangunannya dominan material kayu. D’oh…!!! ga kebayang gimana ngerinya nginep di situ kalo pas malemnya badai kek tadi malem itu…. Hororrr……!!!!!

En brèf, dah sampe lokasi snorkeling niy……..langsung nyebur aja…..terumbu karangnya keren abiezzz…….da yang tinggi banget deket ma permukaan laut mpe bisa dipake pijakan kaki dengan kepala tetep di atas permukaan air…….hmm…..keyen dah pokokna… Nina yang ga bisa renang ngeyel ga mo nyebur meski dah pake jaket pelampung…..hahaha……tapi akhirnya ga kuasa nahan godaan juga….Nyemplung aja pake acara pegangan kuenceng banget ‘n tetep ga brani gerak ndiri kemana-mana…..

Bis acara snorkeling, perjalanan lanjut ke penangkaran hiu……ternyata hiu-hiunya ga gede2 kek di film2 kok…hehe…..variasi lah, kecil mpe sedang kira2 sepaha orang dewasa……Dan ternyata eh ternyata….kita boleh masuk ke kolam ‘n renang ma hiu2 itu….Hmm…..saling pandang ga jelas antara pengen ma takut….. Akhirnya, dengan semangat been there done that aku ma Nining nekad masuk ‘n kencan ma hiu2 yang cakep2 tu diiringi pandangan ngeri Nina et all….

Bis dari hiu, kita jalan kaki di anter ke pantai yang ga jelas bagusna dimananya…hwehe…so, aku ma Nina balik lagi ke hiu aja…..kekna lebih asik liat hiu aja dyeh….Eh, ada sisa cumi ma udang bekas orang kasi makan hiu…..iseng2 kita lemparin ke kolam…..weiiitzzz…..hiu segitu banyak langsung rebutan nyamber pake gerakan secepat kilat...... (edisi *bombastis bin hiperbol*). Coba tau pemandangan ini pas sbelum nyebur tadi, so pasti aku bakal mikir seribu kali sbelum mutusin kencan ma hiu…..

Perjalanan pulang lumayan nyebelin….nganter dulu rombongan Rumah Apung…kirain kapal bakal langsung pulang anter kita balik ke wisma….ternyata malah nungguin rombongan Rumah Apung yang mo check out ‘n pindah ke daratan karena kuatir ntar malem badai lagi……

So, dengan badan basah kuyup plus di tengah cuaca ujan deres kita nungguin rombongan tu pada mandi, packing, makan, dan tetek bengek lain yang dilakukan dengan kecepatan slow motion….Punya empati dikit napa yah ma penderitaan orang laen??? Huhh….!!!!

Akhirnya sampe ke wisma juga…..demam makin menjadi…..terpaksa pamit ma Nina ‘n Nining kalo aku mo balik hari ini aja bareng Yudhi, Ahmed, ma Hatta……ga kuat lagi, musti ke dokter kekna…..tapi Nina ma Nining malah mutusin mo ikut sekalian pulang aja…..jadi ga enak sebetulnya…..tapi mo gimana lagi……huaaaa……

Akhirnya jam 1 siang masuk kapal…..langsung tidur pake acara menggigil ga jelas……Setengah jam kemudian ada crew kapal woro-woro kapal ga bisa berangkat karena ombak gede banget……trip diundur besok pagi….Duuuhh……gimana niy??? Temen2 balik ke wisma pada pilih jalan kaki, sambil liat2 suasana katanya…..Aku ga mungkin banget bisa ikut serta di kemewahan itu….secara, jalan aja sempoyongan…..Akhirnya panggil ojek, minta anter mampir ke dokter sebelum balik wisma….Eeee, tukang ojek malah ngeliat aku seolah aku lagi becanda pas nyebut dokter….”Di sini mana ada dokter, mbak???”…….Weks!!! Bencana nie….trs gimana donk nasibku? “Yawdah, ke apotik aja Mas….saya cuma butuh parasetamol aja kok biar demamnya rada turun……” Lagi2 pandangan ajaib itu dilancarkan…..”Apotik ga ada juga, Mbak……bidan desa mau?? Itu lho, yang suka nolongin orang melahirkan….”

Hmm…..mo gimana lagi….tiada dokter, bidanpun jadi…..Dan sesuai dugaan, cuma dikasih parasetamol, antibiotik, ma vitamin B kompleks…. semuanya generik…better daripada ga ada sama sekali…J

Malem tetep ikut maen poker lagi…..pasangan bule Austria sebelah kamar –Stefan ma Angelica-- ikutan maen juga…..ternyata Stefan ma Hatta sama2 jadi public enemy…ga pernah kalah siyy…..muka tetep bersih sementara yang laen dah pada coret2an bedak ga karuan….

Hari III

Akhirnya…..kapal beneran berangkat jam 7 pagi….dah ga sabar pengen sampe rumah…..mandi bersih trus tidur nyaman pake plester kompres demam andalan……

Ternyata ombak masih lumayan gede…..banyak penumpang pada jackpot…untung aku ga ketular meski sbnernya kepala yang dari sebelum berangkat dah pusing makin cedut cenut ga karuan…..

Sampe rumah akhirnya…..senengnyaaa……home sweet home……Meski gitu, perjalanan ke Karimunjawa tetep musti ada part 2-nya……cari waktu yang lebih ok, cuaca lebih cerah, badan lebih fit……pasti bakal jauh lebih asik….

17 March 2008

REMY……O………REMY

Read More......

Hari libur memang enak…..bisa santai di pagi hari sambil ngopi dan baca koran….

Weks…..ada diskusi buku dengan narasumber Remy Sylado. Waaaaa……..salah satu idolaku sejak jaman baheula. Kapan nih…? Hari ini? Jam 9? Weleh weleh……mendadak banget yah beritanya……dimuat dari kemaren kek… Dah, ga papa…..masi mending tadi sempat baca….

Buru2 mandi, buru2 ke gedung pasca Undip…..

Lho….kok sepi? Lho……kok ada spanduk dipasang kasih tau kalo diskusi buku ma Remy jam 12.30? Maksud apa nih? Tanya ma pak satpam aja ah…..

“Diskusi bukunya di mana sih, Pak?”

“Ituuuu…..(sambil nunjuk2)…..tapi masih nanti siang lho, Mbak…..”

“Lho, kok di Suara Merdeka katanya jam 9?”

“Wah, ya gak tau tu, Mbak…..”

Asliiii…….rugi bgt dah mandi pagi2 di hari libur….

Mo cari sarapan aja dulu……muter jalan kaki lewat gedung sebelah….

Rame banget ada apa yah? Haaa……diskusi buku juga?

Siapa nih? Haaaa…….Arswendo Atmowiloto??? Waaaaa…….nih juga idolaku….

Kok bisa pada ngumpul di Undip gini yah….

Ikut Arswendo aja dulu sambil nunggu Remy……hehe…..

Nasib….!!!! Ditolak ma panitia…..dengan alesan tempat duduk terbatas, peserta yang daftar dah banyak banget……ck ck ck…….

Setelah sibuk buang waktu (dan buang diri) nunggu jam 12.30, akhirnya aku balik lagi ke gedung pasca….nulis nama di pintu masuk, berantem dikit ma mbak yang jaga gara2 aku gak mo nulis nomer hape…..(yeee……nomer ni kan gak bole sembarang orang tau ……kwekeke….mode *seleb* on). Akhirnya sukses masuk ruang diskusi, sengaja ambil tempat duduk paling depan, biar bisa puas2in liat Remy dari dekat…….

Abis dari dulu aku heran banget ma orang ini……Orang pinter sih emang banyak…..tapi jarang kan yang pinter banget di banyak bidang kayak dia. Penulis, aktor, budayawan, ahli bahasa, musisi, dan masih seabrek predikat lainnya yang semuanya dijalani dengan kemampuan yang sangat mumpuni.

Sampai hampir jam 14 kok Remy belum datang juga yah…..kita cuma disuruh liat film jadul tentang Pangeran Diponegoro sambil nunggu acara dimulai. Emang nih lagi mo diskusi soal buku terbaru Remy…..Pangeran Diponegoro ; Menggagas Ratu Adil.

Akhirnya……setelah sempat ketiduran di kursi….Remy datang juga dan diskusi dimulai. Waduh, moderatornya kok gitu amat yah….gak asik. Sok-sok pake istilah keren yang akhirnya cuma untuk dikoreksi penggunaannya oleh Remy….hwahahaha…..

Dah gitu Remy malah dikasih porsi omong dikit banget……malah banyakan dia yang ngocol……hehe…..menyebalkan.

Tau-tau dah sesi tanya jawab aja…….moderator bilang yang mo nanya dan pertanyaannya dianggap bermutu bakal dikasih buku Pangeran Diponegoro. Aduuuhhh……maksudnya sih kali baek yah….tapi kok aku jadi dongkol banget yah…..

Ide menstimulasi seseorang untuk bertanya ke Remy Sylado dengan iming2 sebuah buku terasa menggelikan……seolah-olah Remy gak cukup menarik sebagai narasumber sampai2 peserta perlu dirangsang untuk bertanya…….hehe…..

Akhirnya aku nanya juga…..dengan pendahuluan ke moderator bahwa aku nanya bukan untuk dapat hadiah buku yang dia janjikan….ketemu dan bisa bertanya ke Remy Sylado adalah suatu kehormatan buat aku……

Hahaha…peserta diskusi yang laen langsung heboh kasih applause….hehe….

Moderator kayaknya agak tersinggung juga tuh…..langsung aja dia nyolot emang gak bakalan kasih buku ke aku….seolah-olah hal itu aku lakukan karena aku gak tau pasti ‘harga’ karya Remy ……hwahaha….

Aduuuhhh……maap ya pak moderator, nothing personal dah…..tentu saja aku tau pasti bagusnya tulisan-tulisan Remy kayak apa……Otherwise, aku gak bakalan punya koleksi buku-buku karyanya……J

Pertanyaanku, apakah bener Remy pernah buat pernyataan kalo lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah karya plagiat?

Lagi-lagi, moderator nyolot…. pertanyaan kayak gitu gak usah nanya ke Remy, dia aja bisa jawab kalo memang Indonesia Raya tuh karya plagiat….

Ck ck ck……memang buat sebagian orang susah kali yah bedakan pertanyaan : (1) apakah bener Remy pernah buat pernyataan kalo lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah karya plagiat? dan (2) apakah benar Indonesia Raya adalah karya plagiat?.....hehehe…….

Akhirnya tetep dijawab kok ma Remy…..membenarkan kalo memang pernah membuat pernyataan itu di tulisannya di koran Kompas tahun ’91 plus tambahan informasi kalo WR. Supratman nih memang dikenal sebagai plagiator. Selain Indonesia Raya (yang nyontek lagu dari Belanda), lagu Ibu Kita Kartini ternyata juga jiplakan dari lagu O Ina Ni Keke….(moga2 nulisnya bener……)

Diskusi berlangsung cepet banget karena Remy ada jadwal diskusi lagi di Gramedia Pandanaran…..

Hhhh…….sayang gak bisa dapat alamat e-mailnya……padahal masih banyak banget yang mo ditanyakan……L